Jumat, 29 Maret 2013

Yang Tercinta, Mencintaiku dengan Sederhana


Terima kasih semesta, atas hujan yang menyapa sedari siang tadi. Hingga akhirnya dinginnya menerpa hingga detik ini.

Malam ini tak berbeda seperti malam-malam biasanya ketika aku menuliskan apa yang ingin ku tuliskan. Apa yang akan ku tuliskan, mungkin intinya akan sama. Lagi-lagi, aku menuliskan tentang cinta. Mungkin kau bosan dan bosan membacanya, tapi aku tak peduli, yang penting, aku bisa meluapkan kata yang ingin ku nikmati, malam ini aku ingin egois. Menceritakan cerita yang baru, dengan hal yang berbeda. Setidaknya hanya untuk malam ini saja, ketika aku telah menyadari bahwa aku jatuh cinta. Tapi, tak seperti biasa. Ini cerita tentang dia yang kucinta, yang ternyata membawaku ke dalam nuansa sederhana, tentang dia yang berbeda.

Sebelumnya, biarkan aku menyapa. Hai, ini sekedar sapaku pada semesta. malam ini aku bahagia. Hujan membawa aku bersamanya. Melewati sudut kota yang dingin, yang penuh dengan tetesan dan rintikan yang sedikit menyeruak dalam raga, biarkan. Yang jelas, hujan malam ini memberi kesejukan dalam kalbu.

Oh ya, ini tanyaku pada semesta,  apa kau percaya? bahwa cinta kadang datang tanpa rencana? Seperti halnya saat ini. Aku tak pernah menyangka dia akan bersanding denganku. Dulu, mendekat saja rasanya malu, oh tidak hanya dulu, kini-pun masih. Biarlah, aku tak meminta macam-macam.

Semesta. Cinta itu benar-benar datang dengan tiba-tiba. Semacam terdengar seperti lagu Maudy Ayunda. Hah, cinta. Aku pernah trauma karna cinta. Tapi ini bukan kesalahan cinta, karna sebenarnya, cinta datang saja tak bisa ditebak, atau bahkan dipaksa. Ia akan mengalir dan menuju muaranya. Mungkin dulu, cintaku tertuju pada orang yang salah, yang datang tidak pada waktu dan tempatnya. Ya, itu dulu. Bahkan kini, aku sudah malas membahasnya.

Aku menulis ini, bukan ingin membandingkan atau memperlihatkan siapa yang lebih hebat atau lebih lemah. Tidak. Tidak sama sekali. Semua punya kelebihan, dan kekurangan. Memang payah, tapi apa guna membandingkan? Bukannya itu malah membuat renggang hubungan yang baru?

Kembali pada cinta yang datang tiba-tiba. Hampir dua semester bersama tapi aku baru menyadarinya, ada dia yang mempertahankanku dengan cara yang tak terlihat luar biasa. Makanya benar saja, aku tak sadar bila dia dan aku jatuh cinta. Aku menyukai caranya yang mencintaiku dengan cara yang biasa. Memang, dia membuatku merasa ‘tak istimewa’, tapi itu hanya anggapan bodohku yang mungkin belum terbiasa, atau anggapanku yang kurang mensyukur atas nikmat yang sebenarnya tak ternilai harganya, yaitu dia, dan cintanya yang sederhana.

Aku terlalu terbiasa dimanja, sampai ketika aku bertemu dengan dia yang berbeda aku-pun banyak mengeluh. Maafkan aku. Mungkin aku hanya belum terbiasa. Bagiku cukup dia. Dia yang membuatku merasa biasa. Dia tak berlebihan, tak seperti yang lainnya, yang membawakanku setangkai mawar, banyak pujian, rayuan gombal, atau apa-pun yang sering membuatku lupa daratan. Dia mengajariku cinta yang tak berlebihan. Meski awalnya aku tak terbiasa, tapi entah-lah, tapi lama-lama yang seperti ini, asyik.

Aku baru menyadari, sesederhana ini. Kenapa tak sedari dulu, aku menemukannya? Ya, mungkin kembali pada konsep awal. Semesta. semesta membiarkan aku belajar, dia belajar, dengan masa lalu. Agar akhirnya nanti, kita bisa selalu bersama, terbiasa, dengan cinta yang biasa, yang tak berlebihan sampai ke masa depan. Tetaplah seperti ini, menjadi biasa yang sebenarnya adalah luar biasa.

Cups. Untukmu yang tercinta, yang mencintaiku dengan sederhana J

Minggu, 17 Maret 2013

Untukmu yang Terkasih

Untukmu yang terkasih,

Terimakasih atas cinta dan kasih yang kau beri. Apa kabarmu wahai pujaan hatiku? Semoga kau dalam keadaan baik seperti halnya aku disini.
Ohya, kapan dirimu tiba kemari? Menemani setiap hari? Menemani menikmati hari sejak fajar hingga senja menghampiri .

Dengarkan hatiku, aku rindu. Apa kau merindukan ku juga?



Wahai pujaan hati, taukah? Aku ingin sedikit berbagi cerita.

Apa kau pernah mengenal rindu? Atau hanya aku saja ya yang mengenalnya? Oke, sedikit ku ceritakan.

Bagiku, rindu itu kamu. Jauh memang, namun di hati tak pernah bersekat dan datang tak mengenal waktu.

Iya, rindu. aku memanggilnya rindu, yang dalam setiap waktu menyapa, tanpa perdulikan, kapan-pun itu.

Sudah cukupkan. Ku ceritakan begini, kau buatku semakin rindu! Kapan kita bisa bertemu, pujaan hatiku? Jawab tanyaku, ya? Semoga rindu ini terbalas, tak hanya diam tak terbalas yang dilanda semu.

Aku Bahagia


Ketika diam lebih berarti

Saling membisu hanya menatap

Aku tak peduli

Yang ku tau, kau membuatku nyaman

Kau membuatku terpaku

Terdiam dalam kesunyian

Enggan untuk melangkah

Cukup menatap, atau menatap cukup

Entahlah

Yang pasti, aku bahagia

Menemukanmu bersama siluet senja

Sedang menatapku tanpa ragu

Meneduhkan hatiku

Dengan tatapanmu

Yang mengkakukan indraku

Aku bahagia