Kamis, 27 November 2014

Surat Terbuka Untukmu Wahai (Calon) Imamku

Yang terhormat dan yang selama ini amat ku tunggu kehadiranmu. Selamat menikmati harimu wahai calon imamku.

Apa kabar mu? baik bukan? ku harap segala kebaikan, keberkahan dan kesehatan selalu menyertaimu di setiap lini dan perjalananmu..

Sebelumnya, maaf kan aku yang tlah lancang atas segala yang tak ku tahu, atas suratku yang mungkin belum berhak ku tulis hingga Tuhan menggariskan segalanya tentangku dan tentangmu.

Wahai calon imamku, yang pertama dan paling utama, aku amat bersyukur atas kodrat Tuhan yang menciptakan manusia dalam bentuk berpasang-pasangan, dalam bentuk Adam dan Hawa yang selalu diberiNya rasa kasih dan sayang. Aku berharap dan amat sangat berharap, ketika engkau benar-benar diciptakan dan ditakdirkan untuk mendampingiku, menemaniku, membawa sedih bahagia bersamaku, aku ingin kau menjadi dirimu yang juga selalu bersyukur padaNya, karena Dialah, kita akan dipersatukan dalam satu ikatan yaitu cinta.

Wahai calon imamku, kemudian ijinkan aku bertanya pada hatimu, apakah engkau mau menerimaku apa adanya? atas segala baik burukku yang terkadang membuatku kaku membisu ingin memutar waktu karena masa lalu adalah ketakutan terbesarku yang terkadang terkuak hingga menorehkan luka yang amat dalam.

Wahai calon imamku, apa kau kini sedang memantaskan diri untuk siap membimbingku? menjadi tiang-tiang di dalam rumah yang nantinya akan kita susun bersama? bersama anak-anak yang lucu dan membanggakan kita?

Wahai calon imamku, apa kau kini sedang menyiapkan diri? untuk menjadi imam dalam ibadahku, dalam sujudku kepada Sang Khalik?

Ku ingin beri tahu, ya. Aku hanya hambaNya yang lemah, namun atas segala kelemahanku membuatku menjadi kuat karena pelukanNya. Aku bukan wanita sempurna, namun atas segala ketidak-sempurnaanku aku amat bersyukur kepadaNya, karena telah mengirimkanmu untukku, mendampingiku, kelak.

Wahai calon imamku, ku bocorkan sedikit rahasiaku. Kau tau? di setiap sujudku, bait-bait suci ini selalu terucap dan kupanjatkan dalam setiap do'aku dibawah ridho Sang Maha Latief. Namun, semoga tak hanya aku saja ya yang selalu berharap dan mendo'amu dalam diam? Aku percaya kau tak akan membiarkanku berikhtiar sendirian.

Wahai calon imamku, jika benar-benar kemudian kau sudah menaruh pilihanmu padaku, datangi keluargaku dan khitbah aku sebagaimana mestinya agar kau benar-benar menjadi imamku.

Semoga segala keluh resah tak lagi menghadang. Semoga perjalanan ini dipermudah, semoga kelak dua jari-jari tangan kita dipersatukan dan bisa menggenggam seutuhnya, kedua hati kita semakin dimantapkan, untuk kemudian menjadi halal dan suci dalam sebuah walimahan :)

dengan cinta,
calon istrimu yang sedang memantaskan diri
Qurrataa'yun Nindya Pawestri